BANASPATI
Rembulan setengah tiang. Malam
semakin kelam. Bintang bintang bersembunyi dibalik gelap awan. Sepi dan sunyi.
Hanya angin yang bersiut, membawa aroma duka kematian.
Sudah kesekian kali, kejadian
itu berulang di desa itu. Semenjak pasar itu terbakar. Masyarakat seperti dalam
belenggu kegelapan. Tak ada yang berani keluar, mereka percaya jika banaspati masih marah dengan kejadian
itu.
Kali ini Mbah Jikan, sepuh di
desa itu yang menjadi korban dari banaspati.
Di bawah pohon asem itu para pemuda menemukan tubuhnya tergantung kaku,
kulitnya mulai membiru terkerubung lalat dan mengeluarkan cairan yang berbau
busuk. Semua mata menjadi awan gelap. Menggelegarkan suara isak tangis. Membawa
jutaan air yang tak bisa habis. Kemudian hanya mentes menjadi butiran air hujan
diantara kesedihan.
Ini bukan kali pertama terjadi,
sebelum mbah Jikan. Beberapa minggu yang lalu mbah Suro, juga menggalami hal
naas. Dibawah pohon randu dia rela mengakhiri hidupnya. Padahal keduanya
dikenal amatlah baik, murah senyum dan suka memberi jajanan pasar kepada anak
anak. Walaupun itu adalah dagangan mereka, sumber kehidupan mereka. Tapi
semenjak kejadian itu, semua berubah.
Lewat tape itu, ayat ayat Quran terlantun. Mengiringi upacara perpisahan
untuk Mbah Jikan. Masyarakat datang bersalaman, berusaha menghilangkan duka
kesedihan. Ada yang menunaikan fardhu
kifayahnya, shalat memberikan doa
terakhir. Ada juga yang sekedar
memberikan amplop lalu duduk. Mbah Jikan telah menyusul menghadap
kepangkuan-Nya.
Beberapa Tahun Kemudian
Di bekas pasar itu, gedung
gedung dibangun untuk mecakar langit. Puluhan hektar rumah digusur atas nama
pembangunan. Entah bagaimana lagi mencari bekas rumah mbah Suro ataupun mbah
Jikan. Semua terganti oleh ton ton bangunan berbesi.
Hanya ada satu orang, Mbah
Harto. Dia sebatang kara tapi bergelimang harta. Dahulu dialah pembunuh halus
pasar, memaksa semua berhutang kepadanya
kemudian memberikan bunga yang tinggi agar tidak bisa dilunasi, dan
dengan hatinya yang picik lewat harta haramnya dia menjadi lurah.
Menghangguskan sumber kehidupan masyarakat untuk memperkaya dirinya lewat
berbagai proyek.
Beberapa bulan kemudian, dia
sakit sakitan. Menghabiskan seluruh hartanya untuk pengobatanya diluar negeri,
Tapi azal telah menjemputnya, tak ada yang menshalatkanya bahkan mendoakanya.
Dalam liang kuburnyapun mucul bara api yang tak terpadamkan. Tiap malam diatas
kuburnya, muncul sesosok api yang berteriak. Dia terkubur dalam neraka jahanam.
0 komentar:
Posting Komentar